Kampung Demokrasi di Lebak Gelar Pendidikan Pemilu, Titi Anggraini : Hindari Politik Uang dan Hargai Pilihan Orang Lain

TBOnline, LEBAK ¤ Berada di dekat perbatasan antara Kabupaten Lebak dan Pandeglang, Kampung Cigembor, Desa Banjarsari, Kecamatan Cileles, Lebak-Banten, yang dibentuk KPU Lebak menjadi Kampung Demokrasi, sebagai bagian dari program sosialisasi dan pendidikan bagi pemilih untuk meningkatkan partisipasi warga pada Pemilu 2024 mendatang, menggelar acara sosialisasi dan pendidikan politik (pemilu) dengan pembicara Titi Anggraini, anggota dewan pembina perkumpulan untuk pemilu dan demokrasi (Perludem), Minggu (27/11/2022).

Dijelaskan Titi, kehadirannya di Kampung Demokrasi ini untuk membahas tentang Pemilu 2024, termasuk bagaimana mewujudkan praktik pemilu yang jujur dan adil serta demokratis.

Bacaan Lainnya

“Saya diundang hadir untuk bicara di Kampung Demokrasi ini dihadapan para tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk para warga di sekitar perkampungan untuk membahas tentang pemilu 2024. Dan tentu saja bagaimana mewujudkan praktik pemilu yang jurdil dan demokratis, saya membahas salah satunya tentang bagaimana makna demokrasi bagi Indonesia dan juga ancaman politik uang yang harus kita hindari agar demokrasi bisa berjalan sebagaimana mestinya,” ujar Titi, yang juga salah satu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) ini.

Titi berharap, dengan sosialisasi pendidikan pemilu ini, warga menempatkan pemilu untuk memperjuangkan aspirasi mereka. Karena melalui pemilu setiap orang dihargai setara nilai suaranya, sehingga bagaimana melalui suara mereka bisa diperjuangkan program dan juga berbagai agenda pemerintahan yang berkontribusi positif kepada masyarakat. Selain itu, pemilu juga harus anti politik uang agar kemurnian suara pemilih terjaga dan suara rakyat betul-betul terwujud sesuai kehendak rakyat, bukan kehendak uang. Kemudian rakyat dapat saling menghargai pilihan sehingga tidak terjadi perpecahan sesama pemilih atau masyarakat. 

“Saya menyampaikan bahwa pemilu adalah mekanisme reguler yang setiap 5 tahun akan selalu ada, oleh karena itu jangan sampai dikorbankan dengan pecah belah diantara warga hanya akibat pilihan berbeda, sebab belajar dari pemilu 2019, elit nya saja bisa bersatu. Maka jangan sampai warganya malah cerai berai,” jelas Titi. deni rukmansyah 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *