PILKADA, ROMANTIKA, MIMPI & IDE GILA (H.M Agus Mulyadi)

Ketua DPRD Kab. Sukabumi Agus Mulyadi, SE

 

LANGIT CELANG, pada pertengahan Maret 2018 memedar siang bolong di kota pesisir Pelabuhan Ratu, memaksa kami beranjak dan melipir duduk ke gazebo yang berada persis dirindangi pohon besar di sisi kanan halaman rumah itu. Tak menunggu lama, seseorang yang kami tunggu keluar dari dalam rumah, menyalami kemudian meminta izin untuk melaksanakan salat Dzuhur.

Wawancara Dengan Ketua DPRD Kab. Sukabumi

Belum lagi selesai kami menyantap hidangan yang disajikan, masih menggunakan seragam kerja, dan dengan kaki telanjang, pemilik rumah dinas yang tak lain ialah Agus Mulyadi, SE Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi menyapa. Melihat hidangan dimeja kami belum habis, Agus Mulyadi bahkan rela menunggu dan mengambil duduk tidak jauh dari gazebo. Rupanya beginilah cara Agus Mulyadi mendekatkan diri kepada siapapun.

Apa yang diributkan orang, tentang gaya Agus Mulyadi yang nyaris urakan dan kerap bicara terus terang namun dengan konsep dan pemikiran visioner, memang tidak sepenuhnya keliru. Contohnya, ketika ia tidak segan mengakui kehebatan berpolitik Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam perjalanannya menuju Jabar 1, sekaligus juga menyemprit pembawaan Bupati Marwan Hamami yang terkadang dianggapnya kurang lentur. “Beginilah saya!” tekannya menyungging senyum.

Namun kedua tokoh, baik Dedi Mulyadi maupun Marwan Hamami menurut Agus Mulyadi memiliki karakteristik dan kepemimpinan masing-masing. “Kesamaannya, dua-duanya memilih pengabdian sebagai tujuan memimpin. Inikan falsafah kepemimpinan, jadi bekerja dengan ikhlas”.

Agus Mulyadi selama ini dikenal sebagai politisi kawakan yang memulai karir pengabdiannya dari bawah. Tercatat Agus, selepas merampungkan studinya pada tahun 1998, kemudian memilih pulang kampung. “Masa-masa hidup dijalanan Jakarta saya tutup sebagai kenang-kenangan hidup semata”. Ia mengakui pulang kampung merupakan panggilan jiwa sekaligus meneruskan amanah orang tua untuk membangun desa. Dedikasi mula Agus Mulyadi ini nyatanya moncer ketika ia dipercaya warga memimpin desanya untuk masa bakti 1999–2004. “Menjadi seorang kepala desa memiliki romantika tersendiri, karena kita harus siap 24 jam bila warga membutuhkan. Pokoknya tidak ada kerja “off” bagi seorang kepala desa dalam melayani warganya,” kenangnya. Jelang periode penghabisan sebagai kepala desa, Agus memilih tanggungjawab lebih luas, dengan mencalonkan diri dan terpilih sebagai seorang anggota DPRD Kabupaten Sukabumi periode 2004-2009. Hingga tahun 2018 ini, Ketua DPRD Agus Mulyadi sudah 3 periode mendapat amanah sebagai wakil rakyat.

Entah banyak orang yang tahu apa tidak, karena menurut pengakuannya, selain kerja maksimal dan penuh keikhlasan, Agus Mulyadi memulai perjalanan pengabdiannya lewat sebuah MIMPI. “Ketika saya masih menjabat sebagai kepala desa dan bermimpi menjadi anggota legislatif. terakhir saya bermimpi, Kabupaten Sukabumi memiliki  kawasan wisata adat kawah ratu. Insyaallah terwujud”.

Dijumpai TB Online, portalkomando.com dan Metro Jabar dirumah dinasnya, pada Kamis, 15 Maret 2018. Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Agus Mulyadi, SE bicara panjang lebar terkait Pilkada, Romantika, Mimpi dan Ide gila nan briliannya. Berikut kutipan wawancaranya :

Foto Calon Gubernur & Wagub Jabar (foto/CNN)

Bagaimana anda melihat peluang Golkar (Dedi Mulyadi-red) yang berpasangan dengan Dedy Mizwar, dalam Pilkda Jabar 2018 ini?

Hasil survey hari ini, Kamis (15/03) menempatkan pasangan calon nomor urut 4 (Dedy Mizwar – Dedi Mulyadi) sebagai kandidat yang berpeluang menang paling tinggi, karena pak Dedi nya setahu saya sudah jalan duluan sejak lama. Warga Jabar sudah kenal dan tahu sosok pak Dedi. Pemilihan gubernur ini berbeda dengan pemilihan yang lain, kalau Pilgub sepertinya partai tidak terlalu signifikan, yang dominan justru figurnya. Masyarakat Jawa barat sudah sangat hafal sosok Dedy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Kesimpulannya  lebih ke figur.

Makanya, sebelumnya malah Ridwan Kamil yang sempat dicalonkan Golkar karena lebih populer?

Itu kan dinamika politik, sebenarnya calon kita sudah Pak Dedi dari dulu.

 Seingat saya, Golkar sejak dipimpin Setya Novanto sudah memplot Dedi Mulyadi sebagai Cagub Jabar 2018-2023, namun ketika Setnov tersandung masalah dan posisi Ketua Umum Golkar dipegang Airlangga, nama Dedi Mulyadi tergusur Ridwan Kamil untuk Jabar 1. Apa arti peristiwa politik ini ?

Menurut saya sangat besar artinya bagi Pak Dedi. Itulah pelajaran politik. Pak Dedi ini termasuk kader yang pantang menyerah. Ia sempat menjabat sebagai Sekretaris Golkar Jawa Barat pada 2009, namun diberhentikan digantikan Pak Iswara. Kemudian Pak Dedi berjuang, hingga terpilih sebagai Ketua DPD Golkar Jawa barat, jadi tidak ada yang tak mungkin dalam politik. Kalau kaitannya dengan Pak Setnov, ada momentum yang tepat yang dilakukan Pak Dedi. Saya salut dengan Pak Dedi, padahal hari ini kalau dia mau maksa mencalonkan gubernur dia bisa. Namun Pak Dedi pintar, karena kalao dia ngotot dia tidak akan mendapat rewards, dia masih muda, mudah2an ratingnya bagus terus.

Golkar memiliki 17 kursi DPRD Jawa Barat, mengapa jadi wakil?

Balik lagi, saya salut sama Pak Dedi. Rating beliau bagus, namun tidak memaksa untuk cagub.

DPD Golkar Kabupaten Sukabumi pada awal bulan ini menyelenggarakan Rakerda, apa program prioritasnya ?

Seharusnya Rakerda diadakan ditahun 2017, kita sengaja undur, ketika Pak Dedi sudah ditetapkan sebagai calon dalam Pilkada Jabar 2018, kemudian kami mengumpulkan kader. Salah satu tugas Rakeda, memenangkan pemilihan gubernur, kemudian pemenangan pada 2019, persiapan calon, sekaligus menambah semangat juang dan mobilitas

bupati-sukabumi (foto/pojok jabar)

Bagaimana anda menilai raport kinerja pemerintahan Marwan Hamami-Adjo Sardjono ?

Kalau menurut saya, perancanaan pembangunan sudah mulai terarah, saya ambil contoh, kita sedang merancang program bernama Mall Pelayanan Publik, sedang dibuat rancangannya dengan Kemen PAN. Tujuannya untuk mengumpulkan seluruh pelayanan yang ada di Kabupaten Sukabumi. Dinas Kependudukan, Kesehatan, Perizinan dll. Nantinya sudah digitalisasi, dibuat sistemnya dan disepakati semua stakeholders. Nantinya Mall Pelayanan Publik ini dibuat senyaman mungkin, ada tempat bermain bagi anak, ruang menyusui, ruang bagi para disabilitas. Pokoknya ditempat itu semua warga dari berbagai kalangan dapat terlayani. Intinya tahapan kepemimpinan bupati menjadi lebih baik. Tagline kita peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing

Program ini kemungkinan besar akan menuai pro kontra, pendapatnya ?

Pro kontra pasti ada, tapi yang pasti pungli hilang, karena semuanya sudah menggunakan sistem. Jadi pelayanan nggak ketemu orang, klik dan setor.

Terkait gerakan kekecewaan terhadap bupati, anda melihatnya seperti apa ?

Itu sih wajar sebenarnya, kalau orang yang mempunyai pandangan berbeda, saya sih ngelihatnya biasa saja, toh akhirnya terbukti sekarang. Bupati itu dalam 90 hari tidak mungkin bisa berbuat apa-apa, termasuk dalam APBD pertama, terlebih birokrasinya itu birokrasi yang lama. Namun sekarang mulai terlihat, ayo kita nilai. Berapa persentase misalnya insfrastruktur, dulu dan sekarang. Anehnya, setelah diajak berdialog baru pada paham

Anda sebut birokrasi yang lama, dan dulu Bupati Marwan sempat mengeluarkan statemen bahwa orang terdekatnya tidak sejalan?

Begini ya, ini hanya masalah waktu dan pemahaman. Pak bupati itu berlatarbelakang politisi, juga pengusaha, karena sebelum menjadi bupati sudah memiliki usaha. Sementara dari wakil bupati, sekda dan seterusnya itu birokrat murni. Silahkan anda berfikir sendiri. Begini saja, saya ambil contoh, ketika Pak Marwan di dapil saya, di Cicurug sempat menjanjikan bikin bumi perkemahan, dia sudah ngomong, namun tiba-tiba di RKPD online itu tidak masuk. Kemudian di Islamic Center, juga tidak masuk di RKPD online. Dan bupati harus patuh dengan itu, salah satu saya hormat dengan pak bupati, karena dia mendingan ngambek diluar.

Apa ini berarti bupati dengan sekda tidak sinkron?

Harusnya sinkron, pak bupati sebagai pemangku kebijakan, boleh percaya dengan siapa saja

Apa saran anda kepada Bupati Marwan Hamami?

Bupati harus optimis, kemudian konsisten. Contoh kecilnya seperti ini. Dalam bidang pendidikan misalnya, pada 2018 kita buat hampir 250 ruang kelas. Kalau 1 kelas Rp 100 juta berarti 250 ruang kelas, menjadi Rp 25 miliar, kalau dibuat ruang kelas itu terlihat. Rp 25 miliar diberikan alat tulis, TIK, itu enggak kelihatan, tinggal pilihan-pilihan itu, bupati mau enggak. Ini satu contoh kecil, karena banyak kepentingan yang berada disana, pro kontra dan kekecewaan pasti. Memang pilihan seperti ini tidak popular dikalangan pengusaha. Kalau bupati berfikir pengabdian, dia menang disitu, kalau seandainya tidak terpilih kembali, dia cuma mengabdi saja kok.

Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Agus Mulyadi (Foto/pojok jabar)

Apa harapan dan mimpi seorang Agus Mulyadi kedepan?

Yang utama, saya ingin pensiun dengan selamat. Kalau saya flashback perjalanan hidup saya, tahun 90 an saya sudah dijalanan dikawasan Blok M Jakarta Selatan, melakoni semua kerjaan jalanan, meski bukan yang patut diceritakan, namun banyak pelajaran hidup yang saya dapat dijalan. Kemudian tahun 1998 saya lulus kuliah, tahun 1999 jadi Kades dan saya bermimpi jadi anggota dewan, alhamdulillah tahun 2004 jadi anggota dewan. Kalau dikenang, dulu sewaktu di Komisi 1, pekerjaan saya memperlihatkan slip gaji kepada istri. Kenapa saya ceritakan ini, karena kalau anggota dewan tidak berfikir kreatif, tidak akan maju. Kini saya bermimpi Sukabumi memiliki kawasan enclave, yaitu area wisata ditengah-tengah hutan, tapi bukan wilayah taman nasional. Namanya wisata adat kawah ratu, luas lahannya sekitar 20 hektar, yang ada di Desa / Kecamatan Cidahu dan akan menjadi ikon wisata diwilayah utara. Bahkan kita sudah buka jalannya kok.

*Redaksi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *