Ahh, (Siapa Sih) Mohammad Solihin

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Mohammad Solihin (foto : radar)

Solihin yang saya maksudkan disini, bukan Solihin mantan jenderal yang pernah masyhur sebagai Gubernur Jawa Barat tahun 70-an silam dan sempat dijuluki sebagai kepala daerah “tak mau kalah” ketika berseteru dengan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, koleganya sesama petinggi militer dalam soal perluasan wilayah antara Jakarta dengan Jawa Barat. Solihin yang ini, seorang pejabat eselon II di Pemkab Sukabumi-Jawa Barat. Nama lengkapnya Mohammad Solihin, pangkatnya kini Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi. Solihin pertama dan terakhir yang disebut, memang tidak ada hubungannya dalam tulisan ini, dan bukan pada tempatnya membandingkan keduanya, hanya nama kedua sosok ini hampir mirip saja, dan sama-sama berasal dari Provinsi Jawa Barat, bedanya mungkin bila Solihin pertama dikenal galak, Solihin kedua justru sebaliknya, mudah tersenyum dan (mungkin) susah galak.  

Siapa sih Mohammad Solihin ? Mungkin menjadi pertanyaan di benak sebagian masyarakat di kabupaten yang memiliki wilayah terluas kedua di Jawa dan Bali ini. Namun bila perkara yang sama diajukan kepada lingkungan dan stakeholder pendidikan di Kabupaten Sukabumi, kita bisa menggunakan metafor ketika Solihin memimpin iring-iringan dalam Karnaval Sukabumi Even Week, yang digelar di Palabuhanratu pada Minggu, 11 September 2022 dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Sukabumi Ke-152. Kala itu Solihin unjuk gigi membawa sekitar 2000-an orang pasukannya, yang terdiri dari PGRI, guru penggerak, Himpaudi, kelompok kerja guru dan satuan tugas di dinas pendidikan. Walhasil, dinas pendidikan menjadi peserta yang paling disorot masyarakat, karena menurunkan partisipan paling banyak dalam karnaval ini.

Bacaan Lainnya

Sukses lain Solihin yang melibatkan banyak orang pendidikan, dapat juga kita lihat ketika ia berhasil meyakinkan Bupati Marwan Hamami untuk meneken SK pengangkatan 1.742 orang guru honor menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Juni 2022 kemarin. Solihin yang sudah “karatan” di lingkungan pendidikan, tahu betul bagaimana cara meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Sukabumi, salah satunya dengan mensejahterakan guru.

Pengangkatan P3K ini dapat kita flashback dari kiprah Solihin sebelumnya, ialah ketika ia menerima kunjungan kerja anggota DPR RI Komisi X Desy Ratnasari pada Maret 2020 lalu di Kantor Dinas Pendidikan, Cikembar. Di hadapan Desy ketika itu, Solihin curhat masalah kekurangan guru dan kesejahteraan honorer, ia menyampaikan harapan agar pemerintah pusat menyiapkan anggaran khusus untuk guru honor diluar anggaran BOS Regular, seperti ada BOS Buku dan BOS Afirmasi, maka Solihin mengusulkan BOS khusus untuk honorer. Ia juga menyampaikan supaya guru honor yang telah lulus tes PPPK dan memenuhi target supaya segera ditindaklanjuti pemerintah pusat.

Lantas, bila mengukur perjalanan karir kepegawaian Solihin, kiprah ciamik birokrat ini akan terhenti karena sebentar lagi akan purna tugas. Nah, disinilah saya kira kejelian para politisi Kabupaten Sukabumi menangkap kans. Kabar yang santer beredar, sudah 3 partai yang mendekati Solihin dan menawarkannya proposal untuk maju di pilkada serentak 2024 mendatang. Malahan satu partai sudah ancang-ancang untuk memasangkan Solihin dengan Iyos Somantri yang saat ini menjabat sebagai Wakil Bupati Sukabumi. “Iyos-Solihin pilihan paling realistis untuk Sukabumi mendatang,” ungkap seorang politisi partai ini.

Namun kemudian, beredar lagi isu Yudha dengan Solihin, Yudi bersama Solihin, Agus dan Solihin terakhir malahan Desy Ratnasari-Solihin. Kenapa tiba-tiba Solihin menjadi magnet politik? Mungkin hitung-hitungan politisi, selain memiliki rekam jejak apik di dinas pendidikan, Solihin memiliki resource pemilih yang riil dibandingkan dua kompatriot lainnya yang sama-sama berlatar belakang birokrat, ibarat kata sekali saja Solihin meniup peluit, ribuan pendukungnya merapat. Selain itu, tak kalah penting adalah hubungan Solihin dengan Bupati Marwan Hamami yang terjaga baik, sehingga tidak sulit sekiranya Solihin meminta restu atau petunjuk bupati yang sudah dua periode menjabat yang dikenal sebagai politisi kawakan ini untuk maju dalam Pilkada Kabupaten Sukabumi mendatang.

Tentu ini hanya hitung-hitungan dan perkiraan di atas kertas semata. Selain tahapannya masih panjang, dinamika politik tentu sulit ditebak, terlebih di 2024 mendatang selain pilkada, Indonesia juga dihadapkan pada pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg). Namun jika melihat spektrum lebih luas, politik tanah air nyatanya sudah mulai menghangat, beberapa partai politik bahkan sudah membentuk jejaring koalisi dan mendeklarasikan capres nya untuk perhelatan mendatang. Namun lagi-lagi, warna politik tidak hitam putih, sama abu-abu nya ketika Solihin ditanyakan tentang kesiapannya maju dalam Pilkada Kabupaten Sukabumi mendatang, yang kita dapati hanya senyuman tanpa jawaban. wallahualam

Kang Fariz (Cidahu, 5 Oktober 2022)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *